Inilah Jalanku...II

Bismillahirrahmanirrahim…


"Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S, Yusuf : 108)".

Saudaraku yang berda'wah dijalan Allah...

Pesan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw yang merasa berada dalam kesendirian karena ditinggalkan oleh dua bemper da'wahnya yaitu Abu Thalib pamannya dan Khaijah, isterinya. Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan dengan tegas jalur da'wah yang harus dilalui oleh setiap pembawa dan penerus jejak risalah.

Kalimat pembuka ayat dinyatakan dengan Qul (katakanlah). Kalimat ini dengan tagas menjelaskan bahwa tugas da'wah adalah tugas dari Allah. Para da'i adalah orang yang telah menempatkan dirinya dalam jajaran pesuruh Allah. Konsep kerja yang dilakukan adalah konsep kerja yang datangnya dari Allah. Inovasi seorang da'i dalam aktifitas da'wahnya tidak boleh keluar dari frame yang telah Allah buat.
Hazihi Sabili (Inilah Jalanku) inilah kata pemisah yang sangat tegas dan jelas. Jalan yang ditempuh Rasulullah dalam berda'wah sebagai garis batas antara iman dan kufur, jalan pemisah antara Tauhid dan Syirk, jalur pemisah antara Islam dan jahiliyah, dan ketetapan hukum yang membedakan antara Al Haq dan Al Bathil.
Inilah posisi seorang da'i yang harus jelas dalam bersikap. Tampil beda dengan keyakinan tinggi, terpisah dari komunitas yang berbeda dengan dirinya. Seorang dai tidak cukup hanya menyerukan kebaikan, sementara kehidupannya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan komunitas jahiliyah yang dia tentang. Konfrontasi dengan jahiliyah sejak subuh hari da'wah dikumandangkan telah terjadi dan akan terus berlangsung sampai akhir zaman. Karena antara Islam dan jahiliyah adalah dua kutub magnet yang selamanya tidak akan pernah bertemu. Ketidak jelasan sikap seorang dai terhadap nilai-nilai dan sistem yang ada di luar Islam akan sangat mengganggu orsinalitas risalah yang disampaikan dalam berda'wah.
Keyakinan dan keteguhan inilah yang akan membentuk sikap seorang dai sebagai penyeru kepada Dinullah. Ad'u ilallah (Aku Menyeru kepada Allah). Kata da'wah dan sejenisnya dalam Al Qur'an selalu dikaitkan dengan Allah. Ada tiga hal penting dalam redaksi ini, yaitu : 

Pertama, untuk mempertegas bahwa aktifitas da'wah adalah mengajak dan mengantarkan umat manusia mengenal dan mematuhi Allah, bukan untuk mengenal dan mematuhi da'inya.
Kedua, yang harus ditinggikan, dibesarkan dan dilindungi dalam da'wah adalah Dinullah (agama Allah), bukan kepentingan dai dan sejenisnya.
Ketiga,untuk menunjukkan bahwa jalan da'wah yang dilalui oleh para dai adalah jalan hidup yang datangnya dari Allah, bukan buatan manusia.

Jalan Allah yang ditempuh para dai itu adalah Ash Shirat al Mustaqim (jalan lurus) yang mengantarkan manusia kepada subulas-salam (jalan kebahagiaan) hakiki di dunia dan di akhirat.

Dengan penegasan ini da'wah adalah tawaran obyektif dari para dai kepada umat manusia. Tidak ada kepentingan pribadi da'i di dalamnya. Penerimaan dan penolakan obyek da'wah bergantung kepada seberapa besar kesadaran obyek da'wah itu dalam menyerap kebenaran Dinullah. 

Dengan demikian keberhasilan dalam da'wah tidak membuat da'i merasa bangga diri, dan kegagalan dalam da'wah tidak membuat da'i menjadi frustasi.
Nabi Ibrahim dalam berda'wah harus berkonfrontasi dengan ayah dan kaumnya. Liku-liku da'wahnya terasa sangat melelahkan dengan berbagai dinamika yang memerlukan daya tahan prima. Tetapi nabi Ibrahim as menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali sabilullah (jalan Allah) maka Ibrahim tetap istiqomah di jalan da'wah itu meskipun tantangan kuat menghadang.
Rasulullah saw dalam da'wahnya selama di Makkah membuktikan dengan jelas bahwa rute perjalanan da'wah adalah rute perjalanan yang telah Allah gariskan. Tawaran-tawaran yang diajukan kaum kafir Quraisy untuk mencoba mengalihkan da'wah Nabi Muhammad tidak dapat sedikitpun mempengaruhi jalan da'wahnya. Rasulullah menyadari betul bahwa yang berhak menentukan arah perjalan da'wah hanyalah Allah swt, bukan dirinya atau permintaan kaum yang terus menerus menentangnya.
Dakwah menuju jalan Allah ini merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikutnya, ana wa manittaba'ani (aku dan orang-orang yang mengikutiku) dengan tujuan untuk mengeluarkan umat manusia dari zhulumat (kegelapan kufur) menuju kepada nur (cahaya Islam).
Karakter dasar orang beriman adalah da'i, penyeru kebaikan untuk diri sendiri dan orang-orang yang berada dalam otoritasnya. Tidak ada satupun dari umat Islam ini yang dapat berlepas diri dari tugas dan tanggung jawab da'wah. "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah". (QS. 3:110)
Demikianlah da'wah Islam memproduksi orang-orang berkepribadian tangguh yang memiliki identitas jelas, berpengetahuan luas, bertanggung jawab dan produktif dalam menebarkan kebaikan di tengah-tengah umatnya.
Tujuan utama da'wah adalah menjadikan Allah swt sebagai puncak semua tujuan aktifitas da'wah. Sehingga produk dari proses da'wah adalah masyarakat Rabbani yang selalu berorientasi kepada Allah.
Semoga kita semua bisa menjadi da'i-da'i (minimal bagi diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat disekitar kita) sebagai kewajiban kita sebagai pengikut Rasulullah, (ana wa manittaba'ani, aku dan orang-orang yang mengikutiku). Amin
Wallahu'alam Bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar nya..:)